Yuslina
201431136
Online 1 EPTM
1. Dalam komponen faktor
risiko terjadinya penyakit atau masalah kesehatan, ada jenis faktor risiko yang
bersifat Changeable Risk Factors dan Unchangeable Risk
Factors. Pada penyakit stroke, sebutkan dan jelaskan apa saja yang
menjadi Changeable Risk Factors dan Unchangeable Risk
Factors?
Menurut sebuah jurnal
yang ditulis oleh Sylvia Saraswati (2009) membagi faktor risiko dari penyebab
stroke yang dibedakan menjadi 2 bagian, yakni faktor risiko yang dapat
dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
Unchangeable Risk Factor:
a. Usia
Dari berbagai
penelitian, diketahui bahwa suai semakin tua semakin besar pula risiko terkena
stroke. Hal ini berkaitan dengan proses degenerasi (penuaan) yang terjadi
secara alamiah. pada orang-orang lanjut usia, pembuluh darah lebih kaku karena
adanya plak.
b. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki
risiko lebih besar untuk terkena stroke dibanding perempuan. Hal ini mungkin
terkait bahwa laki-laki cenderung merokok. Rokok, dapat merusak lapisan dari
pembuluh darah tubuh.
c. Herediter
Terkait dengan riwayat
stroke di keluarga, orang dengan riwayat stroke pada keluarga memiliki risiko
yang lebih besar untuk terkena penyakit stroke dibanding orang yang tanpa
riwayat stroke pada keluarganya.
d. Ras atau Etnis
Dari berbagai
penelitian, ditemukan bahwa ras kulit putih memiliki peluang yang lebih besar
untuk terkena stroke dibanding ras kulit hitam.
Changeable Risk Factor:
a. Hipertensi
Orang yang tekanan
darahnya tinggi mempunyai peluang besar untuk mengalami stroke. Bahkan, ini
merupakan penyebab terbesar dari stroke. Alasannya, dalam hipertensi dapat
terjadi gangguan aliran darah tubuh yaitu diameter pembuluh darah kelak akan
mengecil sehingga darah yang mengalir ke otak pun akan berkurang, dengan pengurangan
aliran darah otak (ADO), maka otak akan kekurangan suplai oksigen dan glukosa
sehingga jaringan otak lama-lama akan mati.
b. Penyakit jantung
Penyakit jantung
seperti jantung koroner dan infark miokard (kematian otot jantung, bisa menjadi
faktor terbesar pneyebab stroke). Seperti yang kita ketahui bahwa pusat dari
aliran darah di tubuh terletak di jantung. Jika pusat pengaturan darah
mengalami kerusakan, maka aliran darah tubuh mengalami gangguan, termasuk
aliran darah menuju otak. Gangguan aliran darah itu bisa mematikan jaringan
otak secara mendadak ataupun bertahap.
c. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus atau
kencing manis memiliki risiko mengalami stroke. Hal ini terkait dengan pembuluh
darah penderita diabetes yang umumnya lebih kaku (tidak lentur). Adanya
peningkatan ataupun penurunan kadar glukosa darah secara tiba-tiba juga dapat
menyebabkan kematian otak.
d. Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia
merupakan keadaan ketika kadar kolesterol di dalam darah berlebih. LDL yang
berlebih akan mengakibatkan terbentuknya plak pada pembuluh darah yang lama
kelamaan akan semakin banyak dan menumpuk sehingga menganggu aliran darah.
e. Obesitas
Kegemukan merupakan
salah satu faktor resiko terjadinya stroke. Hal tersebut terkait dengan
tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah pada orang dengan obesitas,
yaitu biasanya kadar LDL lebih tinggi dibanding kadar HDL.
f. Merokok
Dari hasil berbagai
penelitian diketahui bahwa orang-orang yang merokok ternyata memiliki kadar
fibrinogen darah yang lebih tinggi dibanding orang yang tidak merokok.
Peningkatan kadar fibrinogen ini dapat mempermudah terjadinya penebalan
pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan kaku. Dengan
demikian, dapat menyebabkan gangguan aliran darah.
2. Segitiga
epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi gambaran tentang
hubungan antara tiga faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah
kesehatan. Jelaskan Bagaimana peranan ketiga faktor tersebut pada penyakit
stroke (host, agent, environment)
Stroke adalah penyakit gangguan fungsional
otak fokal maupun global akut dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang
terkena, yang sebelumnya tanpa peringatan, dan yang dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan cacat atau kematian akibat gangguan aliran darah ke otak karena
pendarahan ataupun non pendarahan. Stroke juga dapat dikatakan sebagai penyakit
otak paling destruktif dengan konsekuensi berat, termasuk beban psikologis,
fisik dan keuangan yang besar pada pasien, keluarga mereka dan masyarakat. Stroke
juga merupakan suatu penyakit deficit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan
gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
a. Faktor Penjamu (Host)
Penjamu adalah manusia atau makhluk hidup
lainnya, termasuk burung dan artropoda, yang menjadi tempat terjadi proses
alamiah perkembangan penyakit. Faktor penjamu yang berkaitan dengan kejadian
penyakit dapat berupa: umur, jenis kelamin, ras, etnik, anatomi tubuh, dan
status gizi. Yang termasuk dalam faktor pejamu adalah:
• Genetik; misalnya sickle cell
disease.
• Umur: ada kecenderungan penyakit menyerang
umur tertentu.
• Jenis kelamin (gender): ditemukan
penyakit yang terjadi lebih banyak atau hanya mungkin pada wanita.
• Suku/ras/warna kulit: dapat ditemukan
perbedaan antara ras kulit putih (white) dengan orang kulit hitam (black)
di Amerika.
• Keadaan fisiologi tubuh: kelelahan,
kehamilan, pubertas, stress, atau keadaan gizi.
• Keadaan imunologis: kekebalan yang diperoleh
karena adanya infeksi sebelumnya, memperoleh antibodi dari ibu, atau pemberian
kekebalan buatan (vaksinasi).
• Tingkah laku (behavior): gaya hidup (life style),
personal hygiene, hubungan antar pribadi, dan rekreasi.
Dalam upaya pencegahannya maka diperlukan
identifikasi epidemiologiknya, bila dilihat dari faktor penjamu itu sendiri
yang dapat merupakan sebagai faktor resiko stroke. Faktor resiko ini
menyebabkan orang menjadi lebih rentan atau mudah mengalami stroke.
• Genetik
Stroke juga terkait dengan keturunan. Faktor
genetik yang sangat berperan antara lain adalah tekanan darah tinggi, penyakit
jantung diabetes dan cacat pada bentuk pembuluh darah. gaya dan pola hidup
keluarga dapat mendukung risiko stroke.
• Umur
Semakin bertambah usia, semakin tinggi risiko
untuk mendapatkan serangan stroke.
• Jenis
kelamin
Pria lebih berisiko terkena stroke dari pada
wanita. Tetapi penelitian menyimpulkan bahwa lebih banyak wanita yang meninggal
karena stroke.
• Suku/Ras/Warna
Kulit
Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa ras
kulit putih memiliki peluang lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan
dengan ras kulit hitam. Tingkat kejadian stroke di seluruh dunia tertinggi
dialami oleh orang Jepang dan Cina, menurut Broderick dkk. Melaporkan orang
negro Amerika cenderung beresiko 1,4 kali lebih besar mengalami perdarahan
intraserebral (dalam otak) dibandingakn kulit putihnya. Orang Jepang dan
Afrika-Amerika cendrung mengalami stroke perdarahan intracranial, sedang
cendrung terkena stroke iskemik, akibat sumbatan ekstrakranial lebih banyak.
• Keadaan
Fisiologi Tubuh
Keadaan gizi yang berlebih pada tubuh seseorang juga bisa
menjadi pencetus terjadinya penyakit stroke. Misalnya, kadar kolesterol yang
tinggi dalam darah akan menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah otak
yang bisa mengarah ke stroke.
• Tingkah Laku (Behavior)
Hubungan tingkah laku dengan terjadinya penyakit stroke
adalah tentang bagaimana gaya hidup (life style). Pola gaya hidup yang
salah dengan mengkonsumsi makanan dan minuman tidak sehat, alkohol, rokok, dan
jarang melakukan aktivitas olahraga tentu akan lebih mempercepat resiko
seseorang terjangkit penyakit stroke.
b. Faktor Agent
Agent (faktor penyebab) adalah suatu unsur, organisme
hidup atau kuman infektif yang dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit.
Pada beberapa penyakit agent ini adalah sendiri (single), misalnya pada
penyakit-penyakit infeksi, sedangkan yang lain bisa terdiri dari beberapa agent
yang bekerja sama, misalnya pada penyakit kanker. Agent dapat berupa unsur
biologis, unsur nutrisi, unsur kimiawi, dan unsur fisik.
1) Unsur biologis,
terdapat bukti bahwa infeksi virus dan bakteri, bersama dengan faktor resiko
lain, dapat sedikit meningkatkan resiko timbulnya stroke dengan meningkatkan
kemampuan darah untuk membeku.
2) Unsur nutrisi,
kelebihan zat gizi seperti tingginya kadar kolesterol, kadar gula, dan lemak
dalam tubuh juga bisa menimbulkan stroke. Hal ini terkait dengan timbulnya
beberapa penyakit pencetus stroke, seperti DM, hipertensi, obesitas, dan
penyakit jantung.
3) Unsur kimiawi,
zat-zat karsinogenik yang terus menerus terakumulasi dalam tubuh juga merupakan
salah satu faktor penyebab penyakit stroke. Selain itu penggunaan alkohol,
rokok, obat-obatan terlarang yang mengandung berbagai bahan kimia berbahaya
bagi tubuh, juga akan semakin mempercepat seseorang terkena penyakit stroke.
Hal ini disebabkan karena bahan-bahan tersebut cenderung akan meningkatkan suhu
tubuh dan beresiko terjadi stroke.
4) Unsur fisik, misalnya
trauma mekanik. Trauma mekanik yang terkait dengan terjadiya penyakit stroke
ini adalah seseorang terjatuh dan menghantam benda keras, kemudian menyebabkan
pembuluh darah dalam otak menjadi pecah sehingga orang tersebut terkena stroke.
c. Faktor
Lingkungan
Lingkungan adalah semua faktor luar dari suatu individu
yang dapat berupa lingkungan fisik, biologis, dan sosial. Yang tergolong faktor
lingkungan meliputi:
1) Lingkungan fisik:
geologi, iklim, geografik.
2) Lingkungan biologis:
misalnya kepadatan penduduk, flora (sebagai sumber bahan makanan) dan fauna
(sebagai sumber protein).
3) Lingkungan sosial:
berupa migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, keadaan perumahan, keadaan sosial
masyarakat (kekacauan, bencana alam, perang dan banjir).
Hubungan
Penyakit Stroke dengan Segitiga Epidemiologi
a. Karakteristik Segitiga Utama
Ketiga faktor dalam trias epidemiologi terus-menerus
dalam keadaan berinteraksi satu sama lain. Jika interaksinya seimbang
terciptalah keadaan sehat. Begitu terjadi gangguan keseimbangan, muncul
penyakit. Terjadninya gangguan keseimbanganbermula dari perubahan unsur-unsur
trias itu. Perubahan unsur trias yang potensial menyebabkan kesakitan
tergantung pada karakteristik dari ketiganya dan interaksi antara ketiganya.
1) Karakteristik
Penjamu
Manusia mempunyai karakteritik tersendiri dalam
mengahadapi ancaman penyakit, yang bisa berupa:
a) resistensi:
kemampuan dari penjamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi. Terhadap suatu
infeksi kuman tertentu, manusia mempunyai mekanisme pertahanan tersendiri dalam
menghadapinya.
b) Imunitas:
kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon imunologis,
dapat secara alamiah maupun perolehan (non alamiah), sehingga tubuh kebal
terhadap suatu penyakit tertentu. Selain mempertahankan diri, pada jenis-jenis
penyakit tertentu mekanisme pertahanan tubuh dapat menciptakan kekebalan
tersendiri.
c) Infektifnes
(infectiousness): potensi penjamu yang terinfeksi untuk menularkan
panykit kepada orang lain. Pada keadaan sakit maupun sehat, kuman yang berada
dalam tubuh manusia dapat berpindah kepada manusia dan sekitarnya
b. Karakteristik Agent
1. Infektivitas: kesanggupan dari organisme untuk
beradaptasi sendiri terhadap lingkungan dari penjamu untuk mampu tinggal dan berkembang
biak (multiply) dalam jaringan penjamu. Umumnya diperlukan jumlah
tertentu dari suatu mikroorganisme untuk mampu menimbulkan infeksi terhadap
penjamunya. Dosis infektivitas minimum (minimum infectious dose) adalah
jumlah minimal organisme yang dibutuhkan untuk menyebabkan infeksi. Jumlah ini
berbeda antara berbagai spesies mikroba dan antara individu.
2. Patogenesis: kesanggupan mikroorgasnime
untuk menimbulkan suatu reaksi klilnik khusus yang patologis setelah terjadinya
infeksi pada penjamu yang diserang. Dengan perkataan lain, jumlah penderita
dibagi dengan jumlah orang yang terinfeksi. Hampir semua orang yang terinfeksi
dengan virus smallpox menderita penyakit (high
pathogenicity), sedangkan orang yang terinfeksi poliovirus tidak semua
jatuh sakit (low pathogenicity).
3. Virulensi: kesanggupan organisme tertentu untuk
menghasilkan reaksi patologis yang berat yang selanjutnya mungkin menyebabkan
kenatian. Virulensi kuman menunjukkan beratnya (severity) penyakit.
4. Toksisitas: kesanggupan organisme untuk memproduksi reaksi kimia yang
toksis dari substansi kimia yang dibuatnya. Dalam upaya merusak jaringan untuk
menyebabkan penyakit berbagai kuman mengeluarkan zat toksis.
5. Invasitas: kemampuan organisme untuk melakukan
penetrasi dan menyebar setelah memasuki jaringan.
6. Antigenisitas: kesanggupan organisme untuk
merangsang reaksi imunologis dalam penjamu. Beberapa organisme mempunyai
antigenisitas lebih kuat dibanding yang lain. Jika mene\yerang pada aliran
darah akan lebih merangsang immunoresponse dari yang hanya
menyerang permukaan membran.
c. Karakteristik
Lingkungan
1. topografi: situasi lokasi
tertentu, baik yang natural maupun buatan manusia yang mungkin mempengaruhi
terjadinya dan penyebaran suatu penyakit tertentu.
2. Geografis: keadaan yang berhubungan
dengan struktur geologi dari bumi yang berhubungan dengan kejadian penyakit.
Penyakit Stroke dan segitiga
epidemiologi
Pada dasarnya dalam konsep segitiga epidemiologi ini,
ketiga unsur di dalamnya seperti host, agent, dan enviromental dapat
menentukkan tingkat kesehatan atau status kesehatan seseorang. Karena berkaitan
denan terjadinya atau timbulnya penyakit pada individu tersebut. Hubungan
ketiganya dapat diilustrasikan seperti timbangan. Di mana enviromental diposisikan
sebagai penumpu sedangkan host dan agent diposisikan sebagai penyeimbang yang
berada pada setiap sisi atau ujungnya. Dalam konsep ini bila ketiga unsur trias
epidemiologi, yaitu host, agent, dan enviromental dalam keadaan seimbang, maka
terciptalah keadaan sehat pada individu tersebut. Seperti yang terlihat pada
gambar di bawah ini.
Gambaran tersebut bila dikaitkan antara konsep perjalan
penyakit stroke dengan segitiga epidemiologi, maka dapat dikatakan bila penjamu
(individu) tersebut sudah berinteraksi dengan agent (penyebab stroke) dan
lingkungan, tetapi terjadi hubungannya positif atau seimbang, yang artinya
masing-masing tidak ada yang dirugikan sehingga dapat dikatakan terciptalah
keadaan yang sehat.
Seseorang dapat dikatakan tidak sehat atau sakit dalam
kasus ini adalah penyakit stroke, apabila agent berhasil mengambil keuntungan
dari lingkungan sehingga melemahkan kondisi host tersebut. Seperti terlihat
pada gambar di bawah ini.
Ilustrasi tersebut jelas menggambarkan bahwa bila kondisi
host menurun akibat daya tahan tubuh atau imunitas yang rendah, maka posisi
agent seperti gaya hidup yang tidak sehat dan faktor resiko penyakit stroke
yang mengambil alih posisi dominannya. Individu yang memang sudah memilii
riwayat atau gen pembawa stroke serta penyakit lain pencetus stroke harusnya
mampu meningkatkan daya tahan tubuhnya. Karena bila kondisi tidak sehat atau
tidak optimal sedangkan individu tersebut harus terus-menerusterpapar dengan
agent, maka host tersebut menajdi tumbang dan kemudian sakit.
Perlu diingat bahwa keadaan sehat bukan hanya tercipta
karena keadaan seimbang antara ketiga unsurnya, tetapi juga bisa terjadi
apabila posisi host mampu lebih dominan dibandingkan posisi agent, sehingga
posisi host pada tuas akan menjadi lebih berat dibandingkan dengan agent.
Seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Berdasarkan gambaran tersebut, maka penjamu atau seorang
individu memang telah terpapar dengan agent dalam hal ini adalah faktor
penyebab stroke tersebut, seperti gaya hidup yang tidak sehat, kurang olahraga,
alkohol, atau penyakit pencetus stroke tersebut, tetapi individu tersebut masih
dapat mempertahankan kondisi yang optimal. Kondisi optimal tersebut bisa saja
terjadi apabila kondisi individu tersebut memang memilikiantibodi yang baik
atau bisa juga karena memang tidak memiliki riwayat penyakit stroke bawaan atau
genetik. Tetapi kondisi tersebut juga tidak dapat diabaikan karena stroke bisa
saja tiba-tiba terjadi apabila akumulasi faktor resiko penyebab stroke sudah
menumpuk di dalam tubuh host tersebut.
Seorang
individu dapat dikatakan sakit atau terkena penyakit apabila kondisi lingkungan
berubah dan lebih memihak kepada agent. Seperti terlihat pada gambar di bawah
ini:
Bila dilihat dari ilustrasi tersebut, jelas bahwa
seseorang bisa saja sakit karena agent lebih diuntungkan dengan kondisi
lingkungan yang mendukung keberadaan agent tersebut. Gambaran tersebut terjadi
apabila lingkungan disekitar host atau penjamu tidak sehat, misalnya tingkat
polusi udara yang tinggi. Polusi udara merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya penyakit stroke, karena polutan-polutan tersebut mengandung zat
kimia berbahaya yang bersifat karsinogenik, sehingga mempercepat seseorang
terserang penyakit stroke. Awalnya zat-zat karsinogenik tersebut akan
menyebabkan penyakit pencetus stroke seperti DM, jantung koroner, hipertensi,
dan akan menimbulkan penyempitan pembuluh darah sehingga mengarah ke penyakit
stroke.
Keadaan sehat juga dapat terjadi apabila posisi
lingkungan lebih mendukung kondisi host. Seperti terlihat pada gambar di bawah
ini.
Gambaran tersebut terjadi pada saat, lingkungan di
sekitar penjamu adalah lingkungan yang sehat. Dikatakan sehat karena suplay
oksigen di udara optimal sehingga mampu meminimalisir polutan-polutan berbahaya
bagi tubuh. Bila kondisi lingkungan optimal, maka posisi agent di sini akan
melemah. Keberadaan pepohonan hijau akan membantu produksi oksigen itu sendiri,
sehingga dengan udara yang sehat penjamu bisa optimal mempertahankan
kondisinya.
3. Carilah 1 buah jurnal
tentang penyakit stroke dan buatlah resume dari jurnal tersebut!
Resume:
Stroke
atau Cerebrovaskular Disease menurut World Health Organization (WHO) adalah
tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau
global karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih. Klasifikasi penyakit
stroke terdiri dari beberapa kategori diantaranya berdasarkan kelainan
patologis secara garis besar stroke dibagi dalam 2 type yaitu iskemik stroke
disebut juga dengan infark atau non hemoragik disebabkan oleh gumpalan atau
penyumbatan dalam arteri yang menuju ke otak yang sebelumnya sudah mengalami
proses atherosclerosis . Iskemik stroke terdiri dari 3 macam yaitu stroke,
trombotic stroke, dan hipoperfusi stroke. Type kedua adalah hemorargic stroke
merupakan kerusakan atau ledakan dari pembuluh darah di otak, perdarahan dapat
disebabkan lamanya tekanan darah tinggi dan aneurisma otak. Ada dua jenis
stroke hemorargik yaitu subarachnoid dan intraserebral. Akibat yang ditimbulkan
oleh serangan stroke diantaranya kelemahan (lumpuh sebagian atau menyeluruh),
serta mendadak, hilangnya sensasi bicara, melihat, atau berjalan, hingga
menyebabkan kematian.
Neural Network
(jaringan saraf tiruan) termasuk salah satu metode klasifikasi yang
popular. Metode ini merupakan suatu generalisasi model matematis dari cara
kerja otak manusia (system saraf) yang didasarkan atas asumsi pemrosesan
informasi terjadi pada elemen sederhana yang disebut neuron, sinyal mengalir
dintara sel saraf/neron melalui suatu sambungan dimana setiap sambungan
memiliki bobot yang bersesuaian. Bobot ini akan digunakan untuk menggandakan
atau mengalikan sinyal yang dikirim melaluinya. Setiap sel saraf akan
menerapkan fungsi aktifasi terhadap sinyal hasil penjumlahan berbobot yang
masuk kepadanya untuk menetukan sinyal keluaran. Model pembelajaran jaringan
saraf tiruan memiliki 3 paradigma yaitu superficial learning artinya kumpulan masukan berusaha membentuk target
luaran yang sudah diketahui sebelumnya (mengacu pada learning data). Kedua
adalah unsupervisited learning jika jaringan mengorganisasikan dirinya untuk
membentuk vector-vektor masukan tanpa menggunakan data atau contoh-contoh
pelatihan pada umumnya ada umpan balik. Terakhir adalah gabungan antara
unsupervisited dan supervisited..Metode Learning Vector Quantization ternyata
mampu melakukan klasifikasi dengan akurasi tinggi hanya dengan 100 data
training. Hal ini sebuah indikasi baik jika disuatu wilayah kasus pasien stroke
belum banyak maka dengan keterbatasan data tetap bisa dijadikan sebagai data
training.
Daftar Pustaka